Rabu, 09 Desember 2015

Percakapan pada Anak yang Belum Berbahasa dengan Metode Maternal Reflektif

Percakapan pada Anak yang Belum Berbahasa dengan Metode Maternal Reflektif



Disusun Oleh:
Umi Salamah
DIII Terapi Wicara 2015
15039

AKADEMI TERAPI WICARA – YAYASAN BINA WICARA
JAKARTA
2015


PENGERTIAN TERAPI WICARA

Secara etimologis, terapi wicara terdiri dari dua suku kata yaitu terapi dan wicara. Terapi yang berarti ilmu pengobatan atau cara menyembuhkan suatu penyakit pada kondisi patologis. Sedangkan, wicara yang berarti media komunikasi secara oral dengan menggunakan simbol-simbol linguistik yang mengekspresikan ide, pikiran, dan perasaan. Dengan demikian terapi wicara adalah cara atau teknik pengobatan terhadap suatu penyakit terhadap kondisi patologis dengan memformulasikan ide, pikiran, dan perasaan ke benuk ekspresi verbal atau media komunikasi secara oral dengan mengucapkan suara yang mempunyai arti.
Secara terminologis, terapi wicara merupakan sebagai ilmu yang mempelajari tentang gangguan bahasa, wicara, dan suara yang bertujuan sebagai landasan membuat diagnosis dan penanganan. Dalam perkembangan, terapi wicara memiliki pengertian yang lebih luas dengan mempelajari berbagai aspek yang berhubungan dengan proses bicara. Aspek tersebut seperti gangguan menelan, gangguan bahasa, gangguan irama, dan gangguan neuromotor organ artikulasi. Gangguan tersebut karena gangguan anatomis, fisiologis, psikologis, dan sosiologis.


PENGERTIAN SESUAI JUDUL

Pengertian Percakapan :
Makna umum dari percakapan adalah sebagai pertukaran informasi antara satu pihak dengan pihak lain. Tetapi percakapan memiliki makna yang luas dan spesifik. Percakapan adalah interaksi oral dengan bertatap muka antara dua partisipan atau lebih. Percakapan bukan hanya sekedar pertukaran pembicaraan atau topik informasi semata tetapi juga membutuhkan keahlian atau kecakapan tertentu agar  dapat berjalan dengan efektif.
Percakapan melatih organ bicara kita dalam menggunakan tata bahasa serta pembendaharaan kata. Dengan memiliki banyak kosa kata yang lebih luas, maka akan lebih mudah mengungkapkan ide atau gagasan yang ada dalam pikiran kita dan akan berdampak pada efektif komunikasi dengan lawan bicara.  Pengertian percakapan berkaitan dengan pengertian bahasa, karena percakapan itu mempelajari suatu aktivitas untuk memperoleh kompetinsi berbahasa.

Pengertian Berbahasa :
Kemampuan berbahasa sangatlah penting dan mendasar bagi manusia guna mengikuti pendidikan. Bahasa adalah suatu kode untuk mengekspresikan ide-ide tentang dunia melalui sistem konvensional dari signal-signal yang bersifat arbitrer. Pengertian bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem bunyi yang arbitrer (asal bunyi), yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk berkomunikasi, berinteraksi, bekerjasama, dan mengidentifikasi diri. Seperti lampu merah, secara bahasa lampu merah adalah lampu yang berwarna merah, tetapi secara arbitrer lampu merah adalah lampu lalu lintas yang berwarna merah yang berfungsi untuk berhenti.
Bahasa merupakan media komunikasi yang telah seseorang gunakan untuk menyatakan ide, pikiran, dan perasaan terhadap orang lain. Bahasa adalah ujaran bukan tulisan, prinsip ini disesuaikan dengan menifestasi bahasa. Jadi dalam pengajaran bahasa unsur permulaan ialah dengar dan bicara, baca dan tulis ialah menifestasi kedua. Bila bahasa kita tersusun secara sitematis maka akan mengandung pengertian secara verbal. Dengan memiliki kemampuan berbahasa, anak akan menjadi lebih mengerti, memahami, dan mampu mengoperasikan.

Pengertian Metode Maternal Reflektif :
Metode Maternal Reflektif (MMR) adalah suatu cara atau proses pemberian pengalaman belajar berbahasa lisan yang mengadopsi cara-cara seorang ibu dalam memberikan pemerolehan berbahasa kepada anak yang belum berbahasa melalui percakapan. Metode Maternal Reflektif dapat meningkatkan kemampuan kosakata kepada anak. Metode ini bersifat spontan dalam suasana rileks, santai, dan akrab antara anak dengan orang tua atau orang lain. Setiap melakukan kegiatan percakapan, usahakan agar anak dapat memperhatikan isi hati lawan bicara dan untuk saling terbuka tanpa ada rasa takut, curiga, dan merasa aman. Sehingga dengan metode inilah kita dapat memacu anak untuk dapat berbicara.


PEMBAHASAN

Bagaimana bercakap dengan anak yang belum berbahasa pada usia dini?
Bila kita menginginkan anak dapat tumbuh kembang secara normal bahasa dan bicara, maka kita harus terlebih dahulu bercakap (berkomunikasi) dengan mereka dalam berbagai tempat atau sikon. Namun bagaimana mungkin kita melakukan percakapan dengan mereka, sedangkan mereka belum memiliki bahasa atau kata-kata. Mereka hanya mampu mengungkapkan dalam bentuk : gerakan tangan, gerakan tubuh, mimiK, suara, dan tangisan.
Hal pertama yang perlu kita bahas adalah melihat dan mengembangkan terlebih dahulu hal-hal penting yang menjadi dasar untuk berkomunikasi dengan anak seperti :
1.      Sikap Keterarahwajahan
Keterarahwajahan yang baik merupakan dasar utama untuk membaca ujaran atau untuk menagkap ucapan orang lain, sehingga anak dapat memahami wicara seseorang terdekat.
Oleh sebab itu, orang tua perlu memberikan latihan sikap keterarahwajahan dengan berbagai cara, antara lain :
a.       Bermain "ciluk ba" bersama anak.
b.      Memanfaatkan berbagai permainan yang ada untuk memperoleh konak mata dengan si anak dan letakkan mainan tersebut di wajah.
c.       Bicaralah setiap mendapat kontak mata dengan si anak.
d.      Berbicaralah tentang hal-hal yang anak sukai untuk mengembangkan kontak mata yang spontan.
e.       Hentikan kegiatan sejenak sampai anak tersebut melihat kita, barulah sampaikan informasi agar anak mengetahui.

2.      Sikap Keterarahsuaraan
Secara umum anak menyadari suara-suara atau bunyi-bunyi yang terjadi di sekitar. Namun mereka tidak mengerti atau memahami makna. Padahal bunyi tersebut bisa berasal dari berbagai macam seperti :
a.       Manusia (suara siulan, teriakan dan tertawa, dll).
b.      Binatang (suara kucing, harimau, ayam, dll).
c.       Alat-alat musik (rebana, gong, gitar, piano, dll).
d.      Kendaraan (suara mobil, motor, klakson, pesawat, dll).
Penyadaran terhadap berbagai suara atau bunyi akan memperkaya pengalaman batin anak serta menghubungkan dengan dunia di luar diri sendiri.
Melakukan latihan ini dapat di luar atau di dalam ruangan dan bisa sambil bermain seperti :
a.       Selalu mengajak anak bercakap-cakap dalam segala situasi.
b.      Menangkap dan membuat bunyi secara bergantian (memukul).
c.       Bila anak bereaksi terhadap bunyi tersebut, segeralah tunjukkan sumber bunyi.
d.      Menyadarkan kepada anak bahwa bunyi datang dari berbagai arah, bisa dari depan, belakang, atas, dan samping,

3.      Suasana Bersama Antara Anak dan Ibu/Terapis
Perkembangan bahasa anak sangat tergantung pada percakapan antara ibu atau dengan orang lain dalam lingkungan yang terdekat, sambil bermain atau melakukan kegiatan bersama dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh 1 : Percakapan saat bermain bersama
-          "Adi membawa apa?"
-          "O…kelereng ya."
-          "Yuk kita bermain kelereng."
Contoh 2 : Percakapan sambil melakukan kegiatan sehari-hari
-          "Lia pakai baju yang mana?"
-          "O…warna merah."
-          "Coba Lia pakai sendiri ya."
-          "Wah…kamu cantik."
Dari contoh percakapan di atas, kita dapat mengetahui bahwa satu kegiatan saja akan muncul berbagai ungkapan dan berbagai bentuk kalimat dan beberapa kosa kata. Tanpa kita sadari, banyak kegiatan yang kita lakukan bersama anak dan tentu akan banyak kesempatan untuk mengembangkan bahasa mereka.


4.      Tanggap Terhadap Apa yang Ingin Anak Katakan
Pada saat bermain atau melakukan kegiatan tentu banyak yang ingin anak ungkapkan, namun karena tidak memiliki bahasa maka anak akan menggunakan berbagai cara untuk mengungkapkan diri sendiri seperti:
a.       Gerak-gerak dan tingkah laku.
b.      Suara bermakna.
c.       Senyuman, tangis, dan roman muka (mimik).
d.      Isyarat tangan menggambarkan sesuatu.
e.       Kata-kata yang tidak jelas.
Bila pada situasi tertentu seorang anak menggunakan salah satu bentuk ungkapan seperti di atas, maka kita segera tanggap apa yang telah anak amati, lalu kita mencoba menghubungkan dengan apa yang ingin dia katakan. Sehingga kita dapat membahasakan secara cepat.

5.      Penggunaan Dorongan Imitasi (Meniru)
Dasar berbahasa bukanlah sekedar memberikan atau menanamkan perbendaharaan kata pada anak, tetapi terutama  menciptakan situasi yang membangkitkan minat anak untuk berkomunikasi, semua hal yang ingin anak katakan segera mungkin beri  bahasa dalam suasana percakapan.
Bagaimana kita memulai becakap dengan anak yang belum mampu berkata sepatah pun? Kita harus memanfaatkan modal yang anak miliki, seperti dorongan untuk meniru, apa yang telah orang lain lakukan di sekitar.
a.       Ciptakan suasana bercakap yang menyenangkan bagi anak dan lakukan sambil bermain.
b.      Menggunakan metode tangkap peran ganda.
c.       Gunakan gambar-gambar, pias kata atau kalimat sebagai penunjang penguasaan kosa kata maupun tata bahasa.

Dengan daya atau kemampuan meniru, anak dapat mengembangkan kemampuan meniru sesuai dengan apa yang telah dia amati, rasakan, dan dengar. Seperti memirukan pola atau suara rabanan, ucapan berupa kata, kelompok kata, maupun kalimat sesuai dengan kemampuan.


6.      Memupuk Spontanitas/Keberanian Anak Mengkomunikasikan Diri
Percakapan yang terjadi pada anak usia dini berkisar pada diri mereka sendiri bisa juga tentang perlengkapan diri, alat-alat mainan, makanan atau minuman kesukaan, orang-orang terdekat atau pengalaman.
Hargailah setiap ucapan yang akan muncul untuk mengekspresikan keinginan atau perasaan mereka, meskipun ungkapan itu masih sangat sederhana.
Tanggapilah ungkapan anak secara wajar dengan menggunakn bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun merupakan ungkapan sehari-hari.
Jangan segan-segan untuk memuji anak atas prestasi, karena bagi anak usia dini keberanian mengungkapkan diri merupakan prestasi. Pujian yang telah dia terima sebagai motivasi postif, sehingga tidak takut untuk terus mengulangi kepuasan dalam bercakap.
Materi percakapan memperhatikan usia anak dan taraf kemampuan anak, agar anak dapat memahami sesuai dengan kemampuan dia. Dalam hal ini, jangan terlalu memperhatikan atau menuntut bentuk bahasa ataupun bentuk ujaran sempurna.
Gunakan prinsip keperagaan agar percakapan bejalan dengan lancar, juga untuk memantapkan makna ungkapan serta menghangatkan suasana percakapan. Gunakan keperagaan ini secara langsung maupun tidak langsung.
-       Keperagaan langsung : bisa dengan menggunakan benda asli, fakta peristiwa, mencoba atau melakukan secara langsung.
-       Keperagaan tidak langsung : bisa dengan benda tiruan, gambar-gambar, foto, dan dramatisasi.

7.      Menggunakan Reinforcement/Penguat
Suatu percakapan yang baik dan berjalan lancar merupakan lahan untuk perkembangan bahasa bagi anak. Bukan hanya untuk mengembangkan bahasa dan kemampuan berbahasa, tetapi dapat juga sebagai sarana untuk mengenalkan norma-norma sejak dini. Anak harus mengerti mana yang boleh  dilakukan untuk anak seusia dia. Semua itu akan dapat tercapai apabila dalam proses pelaksanaan kita menggunakan pujian serta hukuman secara tepat.
Bila seorang anak mampu melakukan hal yang positif, segera berikan ganjaran sebagai hadiah. Apabila untuk anak yang membuat kesalahan atau melakukan pebuatan negatif, maka saat itu kita berikan teguran atau hukuman. Pemberian ganjaran atau hukuman sesuaikan dengan usia, situasi, dan kondisi anak.

8.      Sebanyak Mungkin Menjiwai Percakapan dengan Unsur Empati
Membawa anak dalam suasana percakapan, bukan hanya semata-mata agar anak mampu mengungkapan diri, perasaan, keinginan, dan harapan. Akan tetapi lebih dari itu, mereka juga harus dapat mengerti atau memahami diri, perasaan, keinginan, dan harapan orang lain.
Agar anak dapat memahami empati atau perasaan orang lain dan mampu masuk di dalam, maka sejak dini anak harus mengetahui berbagai bentuk ungkapan yang dapat menggambarkan nuansa hati atau perasaan. Untuk menanamkan nuansa ini harus melalui pengalaman kebahasaan dan dalam suasana percakapan.
Gunakanlah berbagai bentuk ungkapan untuk menggambarkan suasana hati kita dan mantapkan makna ungkapan itu dengan mimik atau roman muka kita secara jelas. Apakah perasaan senang, sedih, kecewa, terharu, khawatir, takut, marah, heran, bangga, kagum, dan lain-lain.
Contoh : Percakapan dengan mengembangkan empati seperti:
1.      "Adi mana mobilmu yang baru."
"Sudah rusak."
"Ya, sayang sekali."
2.      "Pak saya sudah selesai menulis"
"O ya coba Ibu liat."
"Wah betul semua, hebat kamu."
Bila dalam setiap percakapan kita mampu menghadirkan dan mengembangkan empati seiring dengan pengalaman yang telah anak lalui, maka secara bertahap anak akan memiliki empati untuk kemudian dapat menggunakan dalam berkomunikasi dengan lingkungan secara wajar.


KASUS

            Banu, usia 15 tahun, merupakan anak tunggal dari kedua orang. Ia merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang menjalankan terapi di suatu pondok. Diagnosis yang diderita adalah autisme. Ia sudah menjalani terapi di beberapa tempat, akan tetapi belum ada perkembangan yang terlihat. Karakteristik yang dialami seperti pendiam, lebih suka menyendiri, dan tidak suka dengan keramaian. Ia tidak memiliki kosa kata seperti yang lain, sehingga hanya dapat membeo tanpa arti/echolalia. Untuk menangkap atau menyerap ide seseorang pun tidak mampu. Sehingga  Banu tidak dapat berkomunikasi dengan orang di sekitar.
            Selama kegiatan belajar-mengajar pandangan tidak tertuju kepada terapis, karena ia sibuk dengan memainkan tangan. Sehingga dalam pembelajaran, terapis harus mendapatkan kontak mata dengan cara mengangkat wajah.


SIMPULAN

          Akibat yang paling utama dari anak yang belum berbahasa adalah defisit komunikasi. Bahkan ada yang tidak memiliki bahasa, kalaupun memiliki hanya bersifat echolalia/membeo tanpa arti.
            Mengingat anak dalam kurang berbahasa, maka kita dapat mencoba memberikan pelayanan terapis dengan menggunakan Metode Maternal Reflektif. Dalam metode ini, keterarahanwajahan merupakan dasar yang utama. Metode ini sangat membantu dalam penanganan secara efektif dan cocok untuk perkembangan anak seusia dini. Tujuan dari metode ini adalah untuk memberikan lambang bahasa seperti benda/kegiatan/peristiwa dan mengajari cara berkomunikasi, serta penanaman konsep pemahaman bahasa.
            Dengan melakukan percakapan terhadap anak, maka anak dapat merasa lebih percaya diri dalam melakukan interaksi. Percakapan dapat membantu proses mengembangan bahasa, ilmu pengetahuan, dan kepribadian. Pelaksanaan percakapan dengan anak ini dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dengan siapa, dan tentang apa saja.
            Secara umum anak-anak senang untuk bermain, untuk itu kita dapat memanfaatkan situasi dan kondisi yang ada dengan Metode Maternal Reflektif. Jika anak menyukai benda mainan dan memperlakukan dengan hal-hal yang positif, maka jangan segan-segan untuk memberikan hadiah/pujian. Lakukanlah baik di luar atau di dalam ruangan agar dapat mengundang respon yang baik.

            Dalam setiap kegiatan yang merupakan lahan bahasa, kita dapat mengamati gerak-gerik atau ungkapan yang anak inginkan. Dari sana kita dapat menanamkan atau mengajarkan bahasa untuk menyampaikan keinginan mereka. Sehingga suatu saat nanti anak yang belum berbahasa dapat berbicara dan mengekspresikan keinginan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik tanpa banyak kesulitan. 

DAFTAR PUSTAKA

Stenstrom, Ana.  An Introduction Spoken Interaction. New York: Longman. 1994.

Purba, Antilan. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: USU Press. 2002.

Richard, Jack C. Tentang Percakapan. Surabaya: Airlangga University Press. 1995.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.  Yayasan Santi Rama. Jakarta : Balai Pustaka.

Rachmad, Djatun. Metode Maternal Reflektif. Penelitian Dikti Hibah Bersaing : Surakarta. 2007.

Keraf, G. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta : Nusa Indah. 1991.

Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. 2009.

Rakhmat, Jalaluddin. Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011.

HA, Pranindyo Ki. Terapi Wicara pada Anak Belum Bisa Berbicara. kondisi (Autisme). Jakarta: ABCD Pro. 2002.

Mey, Jacob L. Pragmatics: An Introduction. Australia: Brackwell Publishing. 2001.

Bunawan, Lani. Komunikasi Total. Jakarta : Depdikbud. 2000.

Litbang santi rama. Petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan model penguasaan bahasa ibu yang reflektif. Jakarta. 1982.

Litbang santi rama. Buku Seri A: Landasan teori, metode percakapan yang reflektif dalam pendidikan anak tunarungu. Jakarta. 1989.

Kumpulan makalah symposium sehari diselenggarakan pada lustrum ke-4.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar