Percakapan pada Anak yang
Belum Berbahasa dengan Metode Maternal Reflektif
Disusun Oleh:
Umi
Salamah
DIII
Terapi Wicara 2015
15039
AKADEMI TERAPI WICARA – YAYASAN BINA WICARA
JAKARTA
2015
PENGERTIAN TERAPI
WICARA
Secara etimologis, terapi wicara terdiri dari dua
suku kata yaitu terapi dan wicara. Terapi yang berarti ilmu pengobatan atau
cara menyembuhkan suatu penyakit pada kondisi patologis. Sedangkan, wicara yang
berarti media komunikasi secara oral dengan menggunakan simbol-simbol
linguistik yang mengekspresikan ide, pikiran, dan perasaan. Dengan demikian
terapi wicara adalah cara atau teknik pengobatan terhadap suatu penyakit
terhadap kondisi patologis dengan memformulasikan ide, pikiran, dan perasaan ke
benuk ekspresi verbal atau media komunikasi secara oral dengan mengucapkan
suara yang mempunyai arti.
Secara terminologis, terapi wicara merupakan sebagai
ilmu yang mempelajari tentang gangguan bahasa, wicara, dan suara yang bertujuan
sebagai landasan membuat diagnosis dan penanganan. Dalam perkembangan, terapi
wicara memiliki pengertian yang lebih luas dengan mempelajari berbagai aspek
yang berhubungan dengan proses bicara. Aspek tersebut seperti gangguan menelan,
gangguan bahasa, gangguan irama, dan gangguan neuromotor organ artikulasi.
Gangguan tersebut karena gangguan anatomis, fisiologis, psikologis, dan
sosiologis.
PENGERTIAN SESUAI JUDUL
Pengertian Percakapan :
Makna umum dari percakapan adalah sebagai pertukaran
informasi antara satu pihak dengan pihak lain. Tetapi percakapan memiliki makna
yang luas dan spesifik. Percakapan adalah interaksi oral dengan bertatap muka
antara dua partisipan atau lebih. Percakapan bukan hanya sekedar pertukaran
pembicaraan atau topik informasi semata tetapi juga membutuhkan keahlian atau
kecakapan tertentu agar dapat berjalan
dengan efektif.
Percakapan melatih organ bicara kita dalam menggunakan
tata bahasa serta pembendaharaan kata. Dengan memiliki banyak kosa kata yang
lebih luas, maka akan lebih mudah mengungkapkan ide atau gagasan yang ada dalam
pikiran kita dan akan berdampak pada efektif komunikasi dengan lawan bicara. Pengertian percakapan berkaitan dengan
pengertian bahasa, karena percakapan itu mempelajari suatu aktivitas untuk
memperoleh kompetinsi berbahasa.
Pengertian Berbahasa :
Kemampuan berbahasa sangatlah penting dan mendasar
bagi manusia guna mengikuti pendidikan. Bahasa adalah suatu kode untuk
mengekspresikan ide-ide tentang dunia melalui sistem konvensional dari
signal-signal yang bersifat arbitrer. Pengertian bahasa menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem bunyi yang arbitrer (asal bunyi), yang
digunakan oleh suatu masyarakat untuk berkomunikasi, berinteraksi, bekerjasama,
dan mengidentifikasi diri. Seperti lampu merah, secara bahasa lampu merah
adalah lampu yang berwarna merah, tetapi secara arbitrer lampu merah adalah lampu
lalu lintas yang berwarna merah yang berfungsi untuk berhenti.
Bahasa merupakan media komunikasi yang telah
seseorang gunakan untuk menyatakan ide, pikiran, dan perasaan terhadap orang lain.
Bahasa adalah ujaran bukan tulisan, prinsip ini disesuaikan dengan menifestasi
bahasa. Jadi dalam pengajaran bahasa unsur permulaan ialah dengar dan bicara,
baca dan tulis ialah menifestasi kedua. Bila bahasa kita tersusun secara
sitematis maka akan mengandung pengertian secara verbal. Dengan memiliki
kemampuan berbahasa, anak akan menjadi lebih mengerti, memahami, dan mampu
mengoperasikan.
Pengertian Metode
Maternal Reflektif :
Metode Maternal
Reflektif (MMR) adalah suatu cara atau proses
pemberian pengalaman belajar berbahasa lisan yang mengadopsi cara-cara seorang
ibu dalam memberikan pemerolehan berbahasa kepada anak yang belum berbahasa
melalui percakapan. Metode Maternal Reflektif dapat meningkatkan kemampuan
kosakata kepada anak. Metode ini bersifat spontan dalam suasana rileks, santai,
dan akrab antara anak dengan orang tua atau orang lain. Setiap melakukan
kegiatan percakapan, usahakan agar anak dapat memperhatikan isi hati lawan
bicara dan untuk saling terbuka tanpa ada rasa takut, curiga, dan merasa aman. Sehingga
dengan metode inilah kita dapat memacu anak untuk dapat berbicara.
PEMBAHASAN
Bagaimana bercakap dengan anak yang belum berbahasa
pada usia dini?
Bila kita menginginkan anak dapat tumbuh kembang secara
normal bahasa dan bicara, maka kita harus terlebih dahulu bercakap
(berkomunikasi) dengan mereka dalam berbagai tempat atau sikon. Namun bagaimana
mungkin kita melakukan percakapan dengan mereka, sedangkan mereka belum memiliki
bahasa atau kata-kata. Mereka hanya mampu mengungkapkan dalam bentuk : gerakan
tangan, gerakan tubuh, mimiK,
suara, dan tangisan.
Hal pertama yang perlu kita bahas adalah melihat dan
mengembangkan terlebih dahulu hal-hal penting yang menjadi dasar untuk
berkomunikasi dengan anak seperti :
1.
Sikap
Keterarahwajahan
Keterarahwajahan yang baik merupakan
dasar utama untuk membaca ujaran atau untuk menagkap ucapan orang lain,
sehingga anak dapat memahami wicara seseorang terdekat.
Oleh sebab itu, orang tua perlu
memberikan latihan sikap keterarahwajahan dengan berbagai cara, antara lain :
a. Bermain "ciluk
ba" bersama anak.
b. Memanfaatkan berbagai
permainan yang ada untuk memperoleh konak mata dengan si anak dan letakkan
mainan tersebut di wajah.
c. Bicaralah setiap
mendapat kontak mata dengan si anak.
d. Berbicaralah tentang
hal-hal yang anak sukai untuk mengembangkan kontak mata yang spontan.
e. Hentikan kegiatan
sejenak sampai anak tersebut melihat kita, barulah sampaikan informasi agar
anak mengetahui.
2.
Sikap
Keterarahsuaraan
Secara umum anak menyadari suara-suara
atau bunyi-bunyi yang terjadi di sekitar. Namun mereka tidak mengerti atau
memahami makna. Padahal bunyi tersebut bisa berasal dari berbagai macam seperti
:
a. Manusia (suara siulan,
teriakan dan tertawa, dll).
b. Binatang (suara kucing,
harimau, ayam, dll).
c. Alat-alat musik (rebana,
gong, gitar, piano, dll).
d. Kendaraan (suara mobil,
motor, klakson, pesawat, dll).
Penyadaran terhadap berbagai suara
atau bunyi akan memperkaya pengalaman batin anak serta menghubungkan dengan
dunia di luar diri sendiri.
Melakukan latihan ini dapat di luar
atau di dalam ruangan dan bisa sambil bermain seperti :
a. Selalu mengajak anak
bercakap-cakap dalam segala situasi.
b. Menangkap dan membuat
bunyi secara bergantian (memukul).
c. Bila anak bereaksi
terhadap bunyi tersebut, segeralah tunjukkan sumber bunyi.
d. Menyadarkan kepada anak
bahwa bunyi datang dari berbagai arah, bisa dari depan, belakang, atas, dan
samping,
3.
Suasana
Bersama Antara Anak dan Ibu/Terapis
Perkembangan bahasa anak sangat
tergantung pada percakapan antara ibu atau dengan orang lain dalam lingkungan
yang terdekat, sambil bermain atau melakukan kegiatan bersama dalam kehidupan
sehari-hari.
Contoh 1 : Percakapan saat bermain
bersama
-
"Adi membawa apa?"
-
"O…kelereng ya."
-
"Yuk kita bermain
kelereng."
Contoh 2 : Percakapan sambil
melakukan kegiatan sehari-hari
-
"Lia pakai baju
yang mana?"
-
"O…warna merah."
-
"Coba Lia pakai
sendiri ya."
-
"Wah…kamu cantik."
Dari contoh percakapan di atas,
kita dapat mengetahui bahwa satu kegiatan saja akan muncul berbagai ungkapan dan
berbagai bentuk kalimat dan beberapa kosa kata. Tanpa kita sadari, banyak
kegiatan yang kita lakukan bersama anak dan tentu akan banyak kesempatan untuk
mengembangkan bahasa mereka.
4.
Tanggap
Terhadap Apa yang Ingin Anak Katakan
Pada saat bermain atau melakukan
kegiatan tentu banyak yang ingin anak ungkapkan, namun karena tidak memiliki
bahasa maka anak akan menggunakan berbagai cara untuk mengungkapkan diri
sendiri seperti:
a. Gerak-gerak dan tingkah
laku.
b. Suara bermakna.
c. Senyuman, tangis, dan roman
muka (mimik).
d. Isyarat tangan
menggambarkan sesuatu.
e. Kata-kata yang tidak
jelas.
Bila pada situasi tertentu seorang
anak menggunakan salah satu bentuk ungkapan seperti di atas, maka kita segera
tanggap apa yang telah anak amati, lalu kita mencoba menghubungkan dengan apa
yang ingin dia katakan. Sehingga kita dapat membahasakan secara cepat.
5.
Penggunaan
Dorongan Imitasi (Meniru)
Dasar berbahasa bukanlah sekedar
memberikan atau menanamkan perbendaharaan kata pada anak, tetapi terutama menciptakan situasi yang membangkitkan minat
anak untuk berkomunikasi, semua hal yang ingin anak katakan segera mungkin beri bahasa dalam suasana percakapan.
Bagaimana kita memulai becakap dengan
anak yang belum mampu berkata sepatah pun? Kita harus memanfaatkan modal yang anak
miliki, seperti dorongan untuk meniru, apa yang telah orang lain lakukan di
sekitar.
a. Ciptakan suasana
bercakap yang menyenangkan bagi anak dan lakukan sambil bermain.
b. Menggunakan metode
tangkap peran ganda.
c. Gunakan gambar-gambar,
pias kata atau kalimat sebagai penunjang penguasaan kosa kata maupun tata
bahasa.
Dengan daya atau kemampuan meniru, anak
dapat mengembangkan kemampuan meniru sesuai dengan apa yang telah dia amati, rasakan,
dan dengar. Seperti memirukan pola atau suara rabanan, ucapan berupa kata, kelompok
kata, maupun kalimat sesuai dengan kemampuan.
6.
Memupuk
Spontanitas/Keberanian Anak Mengkomunikasikan Diri
Percakapan yang terjadi pada anak usia
dini berkisar pada diri mereka sendiri bisa juga tentang perlengkapan diri,
alat-alat mainan, makanan atau minuman kesukaan, orang-orang terdekat atau
pengalaman.
Hargailah setiap ucapan yang akan muncul
untuk mengekspresikan keinginan atau perasaan mereka, meskipun ungkapan itu
masih sangat sederhana.
Tanggapilah ungkapan anak secara wajar
dengan menggunakn bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun merupakan
ungkapan sehari-hari.
Jangan segan-segan untuk memuji anak
atas prestasi, karena bagi anak usia dini keberanian mengungkapkan diri
merupakan prestasi. Pujian yang telah dia terima sebagai motivasi postif,
sehingga tidak takut untuk terus mengulangi kepuasan dalam bercakap.
Materi percakapan memperhatikan usia
anak dan taraf kemampuan anak, agar anak dapat memahami sesuai dengan kemampuan
dia. Dalam hal ini, jangan terlalu memperhatikan atau menuntut bentuk bahasa
ataupun bentuk ujaran sempurna.
Gunakan prinsip keperagaan agar
percakapan bejalan dengan lancar, juga untuk memantapkan makna ungkapan serta
menghangatkan suasana percakapan. Gunakan keperagaan ini secara langsung maupun
tidak langsung.
- Keperagaan langsung :
bisa dengan menggunakan benda asli, fakta peristiwa, mencoba atau melakukan
secara langsung.
- Keperagaan tidak
langsung : bisa dengan benda tiruan, gambar-gambar, foto, dan dramatisasi.
7.
Menggunakan
Reinforcement/Penguat
Suatu percakapan yang baik dan berjalan
lancar merupakan lahan untuk perkembangan bahasa bagi anak. Bukan hanya untuk
mengembangkan bahasa dan kemampuan berbahasa, tetapi dapat juga sebagai sarana
untuk mengenalkan norma-norma sejak dini. Anak harus mengerti mana yang boleh dilakukan untuk anak seusia dia. Semua itu
akan dapat tercapai apabila dalam proses pelaksanaan kita menggunakan pujian
serta hukuman secara tepat.
Bila seorang anak mampu melakukan hal
yang positif, segera berikan ganjaran sebagai hadiah. Apabila untuk anak yang
membuat kesalahan atau melakukan pebuatan negatif, maka saat itu kita berikan
teguran atau hukuman. Pemberian ganjaran atau hukuman sesuaikan dengan usia,
situasi, dan kondisi anak.
8.
Sebanyak
Mungkin Menjiwai Percakapan dengan Unsur Empati
Membawa anak dalam suasana percakapan, bukan
hanya semata-mata agar anak mampu mengungkapan diri, perasaan, keinginan, dan
harapan. Akan tetapi lebih dari itu, mereka juga harus dapat mengerti atau
memahami diri, perasaan, keinginan, dan harapan orang lain.
Agar anak dapat memahami empati atau
perasaan orang lain dan mampu masuk di dalam, maka sejak dini anak harus
mengetahui berbagai bentuk ungkapan yang dapat menggambarkan nuansa hati atau
perasaan. Untuk menanamkan nuansa ini harus melalui pengalaman kebahasaan dan
dalam suasana percakapan.
Gunakanlah berbagai bentuk ungkapan
untuk menggambarkan suasana hati kita dan mantapkan makna ungkapan itu dengan
mimik atau roman muka kita secara jelas. Apakah perasaan senang, sedih, kecewa,
terharu, khawatir, takut, marah, heran, bangga, kagum, dan lain-lain.
Contoh : Percakapan dengan mengembangkan
empati seperti:
1. "Adi
mana mobilmu yang baru."
"Sudah
rusak."
"Ya, sayang
sekali."
2. "Pak
saya sudah selesai menulis"
"O ya coba
Ibu liat."
"Wah betul
semua, hebat kamu."
Bila dalam setiap percakapan kita
mampu menghadirkan dan mengembangkan empati seiring dengan pengalaman yang
telah anak lalui, maka secara bertahap anak akan memiliki empati untuk kemudian
dapat menggunakan dalam berkomunikasi dengan lingkungan secara wajar.
KASUS
Banu, usia 15 tahun,
merupakan anak tunggal dari kedua orang. Ia merupakan salah satu anak
berkebutuhan khusus yang menjalankan terapi di suatu pondok. Diagnosis yang
diderita adalah autisme. Ia sudah menjalani terapi di beberapa tempat, akan
tetapi belum ada perkembangan yang terlihat. Karakteristik yang dialami seperti
pendiam, lebih suka menyendiri, dan tidak suka dengan keramaian. Ia tidak
memiliki kosa kata seperti yang lain, sehingga hanya dapat membeo tanpa arti/echolalia. Untuk menangkap atau menyerap
ide seseorang pun tidak mampu. Sehingga
Banu tidak dapat berkomunikasi dengan orang di sekitar.
Selama kegiatan belajar-mengajar pandangan
tidak tertuju kepada terapis, karena ia sibuk dengan memainkan tangan. Sehingga
dalam pembelajaran, terapis harus mendapatkan kontak mata dengan cara
mengangkat wajah.
SIMPULAN
Akibat yang paling
utama dari anak yang belum berbahasa adalah defisit komunikasi. Bahkan ada yang
tidak memiliki bahasa, kalaupun memiliki hanya bersifat echolalia/membeo tanpa arti.
Mengingat anak dalam kurang
berbahasa, maka kita dapat mencoba memberikan pelayanan terapis dengan
menggunakan Metode Maternal Reflektif. Dalam metode ini, keterarahanwajahan
merupakan dasar yang utama. Metode ini sangat membantu dalam penanganan secara
efektif dan cocok untuk perkembangan anak seusia dini. Tujuan dari metode ini
adalah untuk memberikan lambang bahasa seperti benda/kegiatan/peristiwa dan
mengajari cara berkomunikasi, serta penanaman konsep pemahaman bahasa.
Dengan melakukan percakapan terhadap
anak, maka anak dapat merasa lebih percaya diri dalam melakukan interaksi.
Percakapan dapat membantu proses mengembangan bahasa, ilmu pengetahuan, dan
kepribadian. Pelaksanaan percakapan dengan anak ini dapat terjadi kapan saja,
dimana saja, dengan siapa, dan tentang apa saja.
Secara umum anak-anak senang untuk
bermain, untuk itu kita dapat memanfaatkan situasi dan kondisi yang ada dengan
Metode Maternal Reflektif. Jika anak menyukai benda mainan dan memperlakukan
dengan hal-hal yang positif, maka jangan segan-segan untuk memberikan
hadiah/pujian. Lakukanlah baik di luar atau di dalam ruangan agar dapat
mengundang respon yang baik.
Dalam setiap kegiatan yang merupakan
lahan bahasa, kita dapat mengamati gerak-gerik atau ungkapan yang anak inginkan.
Dari sana kita dapat menanamkan atau mengajarkan bahasa untuk menyampaikan
keinginan mereka. Sehingga suatu saat nanti anak yang belum berbahasa dapat
berbicara dan mengekspresikan keinginan dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang baik tanpa banyak kesulitan.
DAFTAR PUSTAKA
Stenstrom,
Ana. An
Introduction Spoken Interaction. New York: Longman. 1994.
Purba,
Antilan. Pragmatik Bahasa Indonesia.
Medan: USU Press. 2002.
Richard,
Jack C. Tentang Percakapan. Surabaya:
Airlangga University Press. 1995.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia.
Yayasan Santi Rama. Jakarta : Balai Pustaka.
Rachmad,
Djatun. Metode Maternal Reflektif.
Penelitian Dikti Hibah Bersaing : Surakarta. 2007.
Keraf,
G. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta :
Nusa Indah. 1991.
Tarigan,
Henry Guntur. Pengajaran Pragmatik.
Bandung: Angkasa. 2009.
Rakhmat,
Jalaluddin. Retorika Modern: Pendekatan Praktis.
Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011.
HA,
Pranindyo Ki. Terapi
Wicara pada Anak Belum Bisa Berbicara. kondisi (Autisme). Jakarta: ABCD
Pro. 2002.
Mey,
Jacob L. Pragmatics: An Introduction. Australia:
Brackwell Publishing. 2001.
Bunawan,
Lani. Komunikasi Total. Jakarta :
Depdikbud. 2000.
Litbang
santi rama. Petunjuk pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar dengan model penguasaan
bahasa ibu yang reflektif. Jakarta. 1982.
Litbang
santi rama. Buku Seri A: Landasan teori, metode
percakapan yang reflektif dalam pendidikan anak tunarungu. Jakarta. 1989.
Kumpulan
makalah symposium sehari diselenggarakan pada lustrum ke-4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar